Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma berkata, “Sesungguhnya orang-orang yang mengajarkan kebaikan kepada umat manusia akan dimintakan ampunan oleh setiap binatang melata, bahkan oleh ikan yang berada di dalam lautan sekalipun.” [1]
Dalam riwayat yang lain, beliau mengatakan, “Orang yang mengajarkan kebaikan dan yang mempelajarinya niscaya akan dimintakan ampunan oleh segala sesuatu bahkan oleh ikan yang berada di dalam lautan sekalipun.” [2]
al-Hasan rahimahullah mengatakan, “Kalau bukan karena keberadaan para ulama niscaya keadaan umat manusia tidak ada bedanya dengan binatang.” [3]
Mu’adz bin Jabal radhiyallahu’anhu mengatakan, “Pelajarilah ilmu. Sesungguhnya mempelajari ilmu karena Allah adalah bentuk rasa takut -kepada-Nya- dan menuntutnya adalah ibadah. Mengajarkannya adalah tasbih (penyucian terhadap Allah). Membahas tentangnya adalah bagian dari jihad. Mengajarkan ilmu kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah sedekah. Mencurahkannya kepada orang yang berhak menerimanya adalah qurbah/pendekatan diri -kepada Allah-; itulah yang akan menjadi penenang di saat sendirian dan sahabat pada waktu kesepian.” [4]
Dari Abu Umamah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa berangkat di awal siang menuju masjid sedangkan dia tidak dia berniat kecuali untuk mempelajari kebaikan atau mengajarkannya maka dia akan meraih pahala sebagaimana orang yang menunaikan ibadah haji dengan sempurna.” (HR. Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir) [5]
Abud Darda’ radhiyallahu’anhu mengatakan, “Tidaklah ada seorang pun yang berangkat di awal siang menuju masjid demi suatu kebaikan yang ingin dia pelajari atau ingin dia ajarkan kecuali pasti dicatat baginya pahala orang yang berjihad. Tidaklah dia kembali darinya kecuali dalam keadaan memborong ghanimah (harta rampasan perang).” [6]
Semoga Allah menjadikan kita termasuk diantara hamba-hamba-Nya yang menebarkan kebaikan di atas muka bumi ini dan membendung segala bentuk keburukan. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.
Catatan Kaki:
[1] Mukhtashar Minhaj al-Qashidin, hal. 14
[2] Akhlaq al-‘Ulama, hal. 44
[3] Mukhtashar Minhaj al-Qashidin, hal. 15
[4] Mukhtashar Minhaj al-Qashidin, hal. 15
[5] Lihat Da’a’im Minhaj Nubuwwah, hal. 379
[6] Lihat al-‘Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 6